Kamis, 07 April 2016


Satu

Bagai disambar petir disiang hari aku mendapat kabar dari orang tua sahabatku, dan mengatakan jika sahabatku sedang dalam masa kritis setelah melahirkan anak pertamanya tadi malam. Tanpa berfikir panjang aku langsung menyambar kunci mobilku, kulajukan mobilku ke rumah sakit yang sama seperti tadi pagi. Sesampainya disana aku langsung berlari menuju kamar Anggrek no. 112 dilantai 3.
Sial, Bagaimana bisa? Tadi pagi sebelum aku berangkat ke kantor aku sempatkan untuk menjenguknya, dan dia terlihat sangat baik-baik saja dan bahkan kita berdua sempat bercanda bersama saat aku menggendong putra kecilnya itu. bathinku..

Aku tiba di depan pintu dan nafasku terengah-engah, kulihat dari kaca pintu mas fatih suami dari sahabatku rena sedang menjaganya dengan tidak menutupi kesedihannya, kakiku lemas melihat sahabatku tengah terbaring lemah diruangannya. Aku sempat berpikir jika sahabatku ini mengalami pendarahan hebat sewaktu melahirkan, hingga menyebabkan dia tidak sadarkan diri saat ini, namun kenyataannya salah, dia menderita kanker rahim dan yang lebih mengejutkan dia memperjuangkan anaknya demi ingin memberikan keturunan untuk mas fatih. Aku merutuki kebodohanku, aku merasa begitu kejam karena selama ini yang tidak pernah mengetahui sama sekali tentang penyakitnya itu. Aku terduduk lemas didepan pintu, kaki ini seperti tidak kuat untuk menahan tubuhku.
"Nak bintang sudahlah, tante tau kalian sudah seperti saudara, doakan yang terbaik buat rena ya" ucap tante diah parau, ibu rena yang terlihat sangat kacau.
Aku menghambur kepelukan ibu diah, dan kutumpahkan segala tangisku di pelukannya."aku tidak tau kalau rena sakit kanker, tante."
"Tante juga baru mengetahuinya saat rena hamil memasuki bulan ke 5, dia baru bercerita pada tante, pada saat itu tante tidak percaya jika rena bisa hamil dan mempertahankan kandungannya hingga ia melahirkan"jelas tante diah, sembari mengusap usap pundakku.
"Aku tidak mau kehilangan rena tante, dia sahabatku" tangisku kembali menjadi. Pikiran negatif mulai membayang-bayangiku. 
Aku tau, ini hanya akan menambahi beban orang tua rena saat melihatku menangis seperti ini. Tapi, biarlah seperti ini, aku hanya ingin menangis..
Jangan pergi, Rena Wijayanto.
______________________________________
Assalamu'alaikum semuaa..
Selamat membaca..
RnL

Tidak ada komentar:

Posting Komentar